Minggu, 02 Maret 2014

Penduduk Miskin di Provinsi Papua Capai 0,39 Persen 36 Views


Kepala BPS Papua, Ir. Didik Koesbianto, M.Si  (kanan) ketika menggelar konferensi pers kemarin. (Foto: Ismail/SULPA)
Kepala BPS Papua, Ir. Didik Koesbianto, M.Si (kanan) ketika menggelar konferensi pers kemarin. (Foto: Ismail/SULPA)
Jayapura (SULPA) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua pada September 2013 mencatat bahwa jumlah penduduk miskin mencapai 0,39 persen.
       Angka itu bertambah menjadi 1.057,98 orang dari Maret 2013 dengan jumlah 1.017,36 orang. Dengan demikian terjadi penambahan sebanyak 40,6 ribu orang.
      Kepala BPS Papua, Ir. Didik Koesbianto, M.Si  mengatakan, sesuai data BPS, persentase penduduk miskin di Papua selama enam bulan terakhir mengalami kenaikan sebesar 0,39 persen dari 31,13 persen pada Maret 2013 menjadi 31, 53 persen pada September 2013.
      “Menurut tipe daerahnya, penduduk miskin terkonsentrasi di daerah pedesaan, September 2013 sebanyak 1.012,57 ribu orang (40,72 persen) penduduk miskin hidup di perdesaan sedangkan perkotaan hanya sebesar 45,41 ribu orang (5,22 Persen),” katanya di Jayapura, Kamis (2/1).
      Pada periode Maret-September 2013 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di perdesaan sebesar 47,1 ribu orang,(0,80 persen), sebaliknya jumlah miskin di perkotaan turun sebesar menjadi 6,5 ribu orang (-0,89 persen).
      “Maka dari hasil presentase ini kita mengukur garis kemiskinan (GK) di perkotaan pada bulan September 2013 sebesar Rp.387.789,- lebih tinggi dari GK perdesaan yang hanya sebesar Rp.322,079. Hal ini berarti perbandingan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (Basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan dari pada di perdesaan. Sehingga peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (Perumahan, Sandang, Pendidikan dan kesehatan) yang mencapai 74,45 persen berbanding 25,55 persen,” katanya.
      Oleh sebab itu, komoditi makanan yang berpengaruh terhadap GK di perkotaan adalah beras, rokok kretek ,ikan, gula pasir, bawang merah, dan telur ayam ras. Sedangkan  komoditi yang berpengaruh terhadap GK di perdesaan yaitu ketela rampat, beras, ketela Pohon, rokok dan daging babi.
      Data pada periode bulan Maret 2013 sampai September 2013, indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) menunujukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketertimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil.

Tidak ada komentar: