Selasa, 08 Juli 2014

DI PAPUA : MILITER ORGANIK NKRI MENYAMAR SEBAGAI PENGOJEK


 
 
 
 
 
 
Rate This

 Militerisasi non organik jilid II dapat di simak dalam studi kasus di Timika, Manokwari dan Jayapura tahun 2010 & 2012. Di Timika para sumber data yang berasal dari lapisan elemen masyarakat, terdiri dari para tokoh masyarakat, adat, dan agama dan lainnya.
Mereka menjelaskan penyamaran militerisasi non organik. “Ojek-ojek itu milier toh. Kenapa kencing saja di control dan di perhatikan tapi korupsi tidak? Sengaja di jaga untuk ambil tanah Papua. Jadi orang pemerintah tidak cari pemerintah yang melakukan korupsi uang rakyat. Tetapi Indonesia cari kami rakyat yang protes, melawan Indonesia demi keadilan dan kebenaran. Kenapa saya di cari-cari, ditanya-tanya, di kejar-kejar seperti binatang? Kenapa dunia tidak melihat ini? Saya bunuh siapa, jadi saya di awasi terus setiap hari? Saya punya senjatakah? Saya orang tidak bersekolah, orang bodoh. Kenapa saya yang alami seperti ini? Kesal Tokoh Perempuan dan Anak, Mama Yosepha Alomang, 5 Mei 2010 lalu. Sumber :emudai hal 10.
adPenangkapan aktivis Papua Merdeka oleh Polisi Negara Republik Indonesia (NKRI) pada 5 Maret 2010  di Manokwari, Papua . Para sumber data sekligus korban dalam peristiwa ini mengatakan “Tanggal 5 Maret 2010 Aktivist Papua Merdeka melakukan demo damai untuk menuntut agar segera lakukan Referendum di West Papua, masa sampai di depan pasar sanggeng Manokwari tiba-tiba di blockade oleh polisi gabungan TNI dan Brimob. Masih menurut Saksi,   pada saat itu kami di hadang, lalu polisi mengeluarkan tembakan dan membubarkan paksa masa. Dalam pembubaran itu polisi menangkap dua belas lebih orang termasuk saya. Kami di pukul, akibat pukulan yang keras kami mengelaurkan darah yang cukup serius, terdapat juga memar pada wajah dan di seluruh bagian tubuh, kemudian polisi membawa  kami ke polses Manokwari pada pukul 09.00 waktu Papua Barat.jelasnya
Dalam peristiwa ini  yang bertindak melakukan penangkapan terhadap aktivis Papua Merdeka dan masa demonstran lain ialah BIN, BAIS yang menyamar sebagai pengojek. Lihat pada gambar di atas, siapa yang menangkap? Polisi? atau BIN-BAIS yang penyamaran sebagai pengojek?. Sangat jelas bahwa BIN-BAIS penyamaran sebagai pengojek yang berpakaian preman melakukan penangkapan.
 Pada 21 November 2012 di jalan baru Sentani, pukul 08 : 00,  militer penyamar sebagai penjual  sayur keliling suting seorang ibu yang sedang beli sayur.   Ia menjelaskan, “Saya sedang pili sayur yang di bawa tukang sayur untuk beli. Sambil pili sayur   saat itu posisi saya di bagian belakang motor,  dari sana saya lihat dengan ekor mata tukang sayur ini mengeluarkan hp nokia x2 lalu mengambil gambar saya. Gambar yang dia ambil pertama muka saya tidak jelas karena muka terpele dengan sayur sehingga mas ini berusaha mengambil poto saya dengan jelas. Saya sudah tahu bahwa ia mengambil gambar saya, tapi sengaja saya pergi berdiri di tempat yang bebas, disinilah ia memanfaatkan mengambil gambar saya.
Begitu dia ambil gambar, saya dengan diam-diam menuju dia dan menanyakan kepadanya, mas kenapa kamu poto saya? Ah… saya tidak poto, mana bukti, kata mas. Saya merebut hp dari tangannya lalu saya buka di file folder poto tidak ada poto saya di  folder itu .
 Ah tidak ada toh, kata mas. Saya buka lagi ke folder  yang lain di bagian dalam, poto saya tersimpan disitu, mas ko bilang tadi tidak poto toh? Baru ini poto apa dan poto siapa? Sambil menunjukan poto saya kepadanya. Tidak ada alasan yang tepat mengapa dirinya harus mengambil gambar, sehingga ia mengatakan, mba itu Cuma poto biasa. Saya menghapus poto saya dari hp nya. di  hp nya mas tukang sayur ini terdapat  banyak poto ibu-ibu Papua saja.Jelasnya
Ia menambakan mas sayur itu tidak alpa, setiap hari pada pukul 08.00 ia selalu bawa sayur. kamarin lalu tanggal 19 november 2012 itu ia tidak datang bawa sayur. Pada tanggal 19 bertepatan dengan hari ulang tahun KNPB.  KNPB berencana ibadah syukuran di Aula STAKIN Sentani. Saya juga pergi ikut ibadah, saya lihat mas yang biasa bawa sayur itu bersama rombangan Kapolres Jayapura, kepala intelijen wilayah Sentani Usman dan wakil Bupati  Jayapura Robert Djoenso   di STAKIN, yang datang untuk membubarkan ibadah syukuran HUT KNPB Ke-IV di Aula STAKIN.
 Saya selalu beli sayur sama dia jadi saya kenal dia muka baik. Waktu itu dia ada bersama militer organik. Usai  ibadah, saat pulang dia melihat saya, sehingga dia mengambil gambar saya. Saya trauma dengan mas sayur itu, barangkali ia bisa serahkan poto saya  ke Densus 88 atau Kopasus mereka bisa bunuh saya hanya karena ikut ibadah bersama KNPB.
Peristiwa yang saya alami, saya lapor ke suami saya. Suami saya menegur dia dengan mengancam apabila mas datang mengambil poto lagi untuk kedua kali maka saya akan bunuh kamu disini.  Kalau tidak tetap saya panggil wartawan untuk memberikan laporan tetang militer organik menyamar tukang sayur seperti kamu ini.
Rahasia terselubungnya terbocor sehingga mas itu sudah tiga 4 bulan tidak bawa sayur lagi. Kabarnya di beroperasi di wilayah Abe.  Jelasnya.
Ada juga laporan dari seluruh lapisan masyarakat bahwa di  sentani ada beberapa tempat misalnya di tempat besi tua depan pohon matoa pasar lama sentani. Besi tua itu milik Kopasus, di panggalan jalan Baru Sentani tukang ojek semua anggota intel polda Papua. Di panggalan  tersebut sekitar lima orang intel di Kab. Peg. Bintang. Panggalan yahim di pasar lama Sentani.  Tukang ojek di Bandara Sentani. Di pasar baru Sentani.  Panggalan di BTN Purwodadi Sentani. Adik, jalan malam itu jangan naik ojek,  lebih baik kurangi jalan malam. Malam waktu bukan untuk manusia, malam itu waktu untuk Iblis.Pesannya sambil menyebutkan tempat-tempat tersebut. Di yahukimo, jl Gunung semua tukang ojek adalah penyamaran militer organik.
Di rumah sakit Dekai Yahukimo, 25 orang meninggal. Di rumah sakit Nabire dalam dua hari 14 orang meninggal. Tanggal 2 Februari 2013,   Kol – Vinsen Kalaka, anggota KNPB Sentani, yang sakit malaria masuk rumah  sakit Yowari pada pada sore hari, paginya mayat yang keluar. Adalah fakta nyata, Kondisi ini terjadi di seluruh tanah Papua. Militer organik penyamaran meraya lela dimana – mana.
Para militer menyebar dan menyamar sebagai masyarakat sipil. Mereka beraktivitas sama seperti masyarakat sipil  lainnya.  Ada yang berprofesi sebagai tukang ojek, sopir taksi, tukang sol sepatu, penjual bakso, pedagang kaki lima, penjual sayur keliling dan lainnya.
Warga sipil Papua takut terhadap tukang ojek tertentu, terutama kepada para tukang ojek yang sering menanyai masyarakat tentang aktivitas warga. Tinggal dimana, asal suku mana dan kerja dimana?
Pada juni 2008 saya mau berlipur ke Yahukimo, dari Jayapura naik ke Wamena. Dari Wamena mulai jalan kaki tujuan ke Dekai, pada pukul 15.30 saya naik taksi dari Woma tujuan Kurima. Taksi tidak sampai di Kurima karena kali Jetni jembatan putus. Kali jetni sebela ada panggalan ojek, dari kali Jetni sampai jembatan Kali Balim di Kurima 300 meter. Saya naik ojek, tukang Ojek itu orang Ambom.  Sambil jalan dia bertanya pada saya “ Kaka ini orang baru ya? Saya menjawa, Tidak! Saya buka orang baru disini. Kalau begitu selama ini Kaka dimana saya tidak lihat kaka disini? Jawabku lagi  “Pantas kamu tidak lihat saya disini dan tidak tahu saya, karena kamu bukan orang disini.
Ia bertanya terus pada saya sehingga saya menjawab mas, saya orang asli disini tapi saya sekolah di Jayapura dan sekarang libur jadi saya mau liburan di kampung saya. Ia bertanya lagi, kaka kuliah dimana, semester berapa,  jurusan apa, fakultas apa dan segala macam pertanyaan dia tanya pada saya. Sekarang kami sudah sampai di jembatan Balim dari Kurima menyeperang ke Seima, karena tidak ada waktu untuk memberikan jawaban  sehingga saya turun di muka Jembatan. Dia masih disitu saya melanjutkan perjalan. Pertanyaan –pertanyaan tersebut  saya menilai pengojek adalah militer non irganik atau intel (Anggota BIN-BAIS). Dok.ES/li

Tidak ada komentar: