Adanya penilaian bahwa Papua masih ketinggalan, belum maju, belum
berubah ternyata tidak lagi lagi sesuai dengan fakta-fakta kemajuan yang
ada di Papua saat ini.
Eduard Fonataba, Wakil Kepala Unit Percepatan Pembangunan Papua dan
Papua Barat (UP4B) membantah abis penilaian itu. Sebaliknya Fonataba
membeberkan fakta dan data tentang kemajuan Papua dalam 10-12 tahun
terakhir atau sejak Otonmi Khusus (Otsus) diberlakukan di Papua. Memang
tidak secara rinci ia menampilkan pencapaian itu dalam bentuk
angka-angka, namun rasanya cukup beralasan untuk mempercayai apa yang
ditulis Fonataba dalam situsnya.
Eduard Fonataba adalah tokoh Papua yang lahir besar di Tanah Papua. Ia
mengalami sendiri bagaimana Papua 10 tahun silam, dan Papua saat ini.
Selama dua tahun terakhir, Fonataba terlibat aktif dalam urusan
percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat dalam kedudukannya sebagai
Wakil Kepala UP4B, sebuah unit kerja yang dibentuk oleh Presiden untuk
urusan kemajuan Papua.
Sebelum mempublikasikan tulisannya, Fonataba (UP4B) telah melakukan
pemantauan dan evaluasi di semua kabupaten/kota di Papua dan Papua Barat
dengan melibatkan tenaga profesional maupun individu sebagai pemangku
kepentingan di kabupaten/kota yang bertugas setiap hari memantau dan
menginformasikan (kepada UP4B) tentang keadaan sosial ekonomi, sosial
politik dan budaya, infrastruktur, dan tata ruang wilayah, untuk dikaji
lebih lanjut guna memperoleh saran tindak dan rekomendasi yang ditujukan
kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
Wilayah yang dipantau adalah Kabupaten Pegunungan Bintang, Yahukimo,
Lanny Jaya, Yalimo, Tolikara, Puncak Jaya, Puncak, Mamberamo Tengah,
Nduga, Paniai, Deiyai, Dogiyai, Intan Jaya, Mamberamo Raya, Mappi,
Boven, Digoel, Asmat, Keerom, Sarmi, Sorong Selatan, Tambraw, Maybrat,
Kaimana, Teluk Bintuni,Teluk Wondama, Waropen, Supiori, Raja Ampat dan
Mimika. Juga kabupaten lama Jayawijaya, Nabire, Fakfak, Sorong, Merauke,
Jayapura, Manokwari, Biak Numfor, Kepulauan Yapen, Kota Jayapura
danKota Sorong.
Perubahan dan Kemajuan yang Terjadi
Hasil pemantauan yang dilakukan UP4B di daerah-daerah tersebut
menghasilkan fakta dan data yang gampang diukur, seperti bangunan fisik.
Tetapi tidak lupa pula hasil non fisik yang bisa langsung dirasakan
seperti meningkatnya peran penguaha asli daerah untuk terlibat dalam
pengadaan barang dan jasa (Perpres Nomor 84Tahun 2012). Juga tingkat
pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pendidikan yang terus
membaik.
a. Infrastruktur Pemerintah :
Telah berdiri sejumlah bangunan pemerintahan yang kokoh di lembah dan
gunung yang tinggi yang masih diselimuti kabut, sungai, dataran,
kepulauan dan pesisir pantai, dan wilayah perbatasan menjadi bukti
sejarah yang abadi yaitu kantor Bupati, kantor DPRD, kantor-kantor dinas
dan badan, perumahan pegawai, lapangan upacara, rumah tamu, dengan
konstruksi yang permanen.
Kantor Bupati Intan Jaya, dibangun dengan Dana Otsus (sumber : up4b.go.id)
b. Infrastruktur transportasi : seperti lapangan terbang, pelabuhan
kapal, dan jalan, jembatan menuju ibukota kabupaten maupun ke distrik
dan kampung kampung secara bertahap dan berlanjut telah terus
dilaksanakan dilaksanakan.
Pembangunan jalan itu merupakan pelayanan terhadap masyarakat, atau
bukti hadirnya pemerintah di daerah tersebut. Setelah jalan dibangun,
pemerintah daerah membangun perumahan rakyat dan kebun di satu kawasan
di sepanjang jalan sehingga jalan tetap berfungsi untuk arus barang,
jasa dan manusia dan perputaran gerak ekonomi rakyat dan pelayanan
pemerintahan.
c. Infrastruktur Kesehatan rakyat :
Kesehatan rakyat menjadi perhatian dengan membangun Puskesmas, rumah
sakit, pengadaan obat, peralatan, dan tenaga medis dan dokter,
disediakan secara bertahap dan berlanjut.
d. Infrastruktur Pendidikan :
Telah dibangun sejumlah gedung SD, SMP, SMA dan SMK. Pengadaan tenaga
pengajar, menyiapkan dana operasional sekolah, alat-alat, perpustakaan
dan laboratorium sekolah.
e. Infrastruktur Ekonomi :
Ekonomi rakyat sedang dibangun diawali dengan perumahan rakyat dibangun
di sepanjang jalan utama di atas tanah adat masing-masing keluarga di
setiap kampung. Pembangunan pasar dan tempat berjualan bagi mama-mama
Papua.
Di kabupaten yang berada di perairan pantai dan pulau diupayakan
pembangunan kelautan dan perikanan, seperti pengadaan perahu motor, dan
rumpon untuk penangkapan ikan dan pengadaan kerambah untuk memelihara
ikan.
Di kabupaten yang lahannya cocok untuk pertanian dibangun
irigasi/pengairan, lahan bagi rakyat untuk berkebun, pencetakan sawah,
pembinaan para petani dan peternak. Semua ini di bangun secara bertahap
dan berlanjut menuju perbaikan hidup yang lebih baik bagi orang Papua.
Alat ukur IPM
Sebaliknya, Eduard Fonataba justru menantang balik pihak-pihak yang
telah mem-vonis bahwa Otsus Papua telah gagal total. Dirinya balik
bertanya, alat ukur apa yang dipakai untuk selalu mengatakan Papua
tertinggal dengan provinsi lain di indonesia, padalah Otsus di Papua
sudah berjalan 12 tahun ?
Jika alat ukurnya adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia), demikian
tulis Fonataba, IPM tersebut hanya terbatas pada menghitung tingkat
kemajuan ekonomi rakyat, pendidikan dan kesehatan sehingga bukan
satu-satunya ukuran penilaian kemajuan suatu daerah. Kita harus bangga
bahwa Papua telah maju dan ini menjadi pendorong semangat untuk percaya
diri terus membangun Papua.
Pendapat Wakil Kepala UP4B itu tentu sangat beralasan mengingat alat
ukur IPM atau HDI (Human Development Index) yang juga digunakan di dunia
internasional untuk mengukur tingkat kesejahtaraan penduduk di suatu
Negara itu disinyalir ujung-ujungnya berkaitan dengan kepentingan
ekonomi dan politik negara pendonor (negara maju) di negara-negara
berkembang. (donasi dengan kompensasi mencekik leher negara penerima
donor).
Lagi pula, dari sisi IPM itu sendiri, Papua juga sudah menunjukkan
kemajuan signifikan. IPM Papua tahun 2002 saat Otsus baru bergulir
tercatat 60,1. Tahun 2011 meningkat menjadi menjadi 65,00 sementara
rata-rata tingkat nasional adalah 70,00.
Mungkin IPM Papua itu masuk urutan buntut untuk provinsi-privinsi di
Indonesia. Tetapi lagi-lagi Fonataba punya argumen rasional. Tidak ada
satu provinsi di Indonesia yang dapat disandingkan dengan Papua, tulis
Fonataba. Perubahan untuk menerima kemajuan dari dunia luar, dari
Sumatera sampai Maluku sudah 250 tahun lalu dengan masuknya VOC
tahun1600. Sedangkan Papua baru terjadi pada tahun 1855 dengan masuknya
dua orang asing berkebangsaan Jerman Ottow dan Geisler sebagai Pekabar
Injil masuk di pulau Mansinam Manokwari. Ini adalah awal peradaban orang
Papua, makanya pulau Mansinam ditetapkan sebagai salah satu situs
peradaban dunia khususnya di Indonesia.
Alasan lainnya, secara topografi wilayah, Papua tergolong sulit. Ada
penduduk yang bermukim di lereng-lereng gunung yang terjal dengan
kampung-kampung yang tersebar dan terpencar, di lembah, di pinggiran
sungai, di rawa-rawa, di pesisir pantai dan pulau-pulau yang terpencil,
dan di wilayah perbatasan dengan Papua Nugini (PNG).
Mengoptimalkan Peran Pemerintah
Kendati demikian, petinggi UP4B ini tidak menutup diri untuk
mengintrospeksi terkait sejumlah kelemahan yang masih terjadi dalam
rangka memacu percepatan pembangunan Papua.
Dirinya menghimbau agar kita sebagai warga negara yang baik, harus jujur
mengakui bahwa Papua mengalami kemajuan dan perubahan karena negara
sudah banyak berbuat sehingga ada perubahan hidup bagi masyarakat Papua.
Tentu belum seluruh masyarakat menikmati dan merasakan sentuhan
pembangunan ini. Tetapi yang pasti pembangunan ini secara bertahap dan
berlanjut dilaksanakan oleh pemerintah sehingga semua masyarakat, dapat
memperoleh sentuhan pembangunan nantinya.
Ini telah menjadi tekad Bupati, Walikota, dan Gubernur sebagai
pemimpin pemerintahan penentu kebijakan pembangunan, yang juga diberikan
kewenangan oleh negara untuk mengatur, menata, dan mengelola keuangan
negara di daerahnya dan akan mempertanggungjawabkan kepada masyarakat,
negara dan Tuhan yang memberi kepercayaan ini kepadanya. Mereka perlu
ditingkatkan kemampuan dan wawasannya dan lebih banyak waktu untuk
berada bersama masyarakatnya sehingga bila ada permasalahan akan cepat
dan tepat mengatasinya.
Di samping itu, ada beberapa hal yang perlu segera dibenahi, seperti
ada beberapa kementerian dan lembaga yang masih mengukur suatu program
dan kegiatan yang dilaksanakan dan berlokasi di kabupaten/kota di Papua
masih berdasarkan perhitungan untung dan rugi secara ekonomis. Contoh ,
bila membangun jalan apa manfaat ekonominya? Bukan itu yang menjadi
persoalan atau kebutuhan sesungguhnya di Papua.
Semoga kerja keras Pemerintah Pusat melalui UP4B sebagai perpanjangan
tangannya di Papua, serta tekad kuat dari para pemangku kepentingan di
wilayah Papua dan Papua Barat di bawah kepemimpinan Gubernur Lukas
Enembe dan Octavianus Atururi semakin maju, mandiri dan sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar