Jayapura (SULPA) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua pada September 2013 mencatat bahwa jumlah penduduk miskin mencapai 0,39 persen.
Angka itu bertambah menjadi
1.057,98 orang dari Maret 2013 dengan jumlah 1.017,36 orang. Dengan
demikian terjadi penambahan sebanyak 40,6 ribu orang.
Kepala BPS Papua, Ir. Didik
Koesbianto, M.Si mengatakan, sesuai data BPS, persentase penduduk
miskin di Papua selama enam bulan terakhir mengalami kenaikan sebesar
0,39 persen dari 31,13 persen pada Maret 2013 menjadi 31, 53 persen pada
September 2013.
“Menurut tipe daerahnya, penduduk
miskin terkonsentrasi di daerah pedesaan, September 2013 sebanyak
1.012,57 ribu orang (40,72 persen) penduduk miskin hidup di perdesaan
sedangkan perkotaan hanya sebesar 45,41 ribu orang (5,22 Persen),”
katanya di Jayapura, Kamis (2/1).
Pada periode Maret-September 2013
terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di perdesaan sebesar 47,1
ribu orang,(0,80 persen), sebaliknya jumlah miskin di perkotaan turun
sebesar menjadi 6,5 ribu orang (-0,89 persen).
“Maka dari hasil presentase ini
kita mengukur garis kemiskinan (GK) di perkotaan pada bulan September
2013 sebesar Rp.387.789,- lebih tinggi dari GK perdesaan yang hanya
sebesar Rp.322,079. Hal ini berarti perbandingan biaya untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimal yang layak (Basic needs) untuk makanan dan bukan
makanan lebih besar di perkotaan dari pada di perdesaan. Sehingga
peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan
peranan komoditi bukan makanan (Perumahan, Sandang, Pendidikan dan
kesehatan) yang mencapai 74,45 persen berbanding 25,55 persen,” katanya.
Oleh sebab itu, komoditi makanan
yang berpengaruh terhadap GK di perkotaan adalah beras, rokok kretek
,ikan, gula pasir, bawang merah, dan telur ayam ras. Sedangkan komoditi
yang berpengaruh terhadap GK di perdesaan yaitu ketela rampat, beras,
ketela Pohon, rokok dan daging babi.
Data pada periode bulan Maret 2013
sampai September 2013, indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks
keparahan kemiskinan (P2) menunujukkan kecenderungan menurun. Ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung
makin mendekati garis kemiskinan dan ketertimpangan pengeluaran penduduk
miskin juga semakin mengecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar